Konstribusi Dirham Pasai Terhadap Peradaban Islam di Nusantara

Uang merupakan sebuah benda yang sangat penting dan dekat dengan manusia. Fungsi uang telah dikenal manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Saat ini kita menggunakan uang untuk berbagai kegiatan baik dalam kegiatan perdagangan ataupun jasa. Secara umum uang memiliki tiga fungsi utama yaitu 1. Sebagai alat tukar 
2. Sebagai satuan nilai atau satuan hitung
3. Sebagai penyimpan nilai
Dengan fungsi yang dimilikinya, uang dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan menjadi alat utama dalam pertukaran barang atau jasa yang dilakukan.
Penemuan uang merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh manusia, ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan dalam sistem barter, maka bersamaan dengan kemajuan yang bertambah pesat membuka jalan kepada manusia untuk menggunakan uang. 

Sejarah Penemuan Uang
Orang - orang bangsa Lidya merupakan yang pertama kali menemukan uang. Uang  pertama kali muncul di tangan para pedagang ketika mereka merasakan kesulitan dalam jual beli sistem barter, lalu mereka membuat uang, pada tahun 570-546 SM, Negara berkepentingan mencetak uang.
Pertama kalinya masa ini terkenal denganmata uang emas dan perak yang
halus dan akurat. 

Setelah bangsa Persia menyerang bangsa Lidya, mereka mengadopsi percetakan uang dari bangsa Lydia pada tahun 546 M. Uang bangsa Persia dicetak dari emas adan perak dengan perbandingan 1:13,5. Hal ini yang menjadi penyebab naiknya harga emas dan perak. Mata uangnya adalah dirham perak, yang terbuat dari perak murni. Ketika sistem kenegaraan persia mengalami kemunduran, mata uang persia pun ikut mengalami kemerosotan nilainya. 

Uang pada masa pemerintahan Islam
1. Uang pada Masa Kenabian
Bangsa Arab di Hijaz pada masa Jahiliyyah tidak memiliki mata uang tersendiri. Mereka menggunakan mata uang yang mereka peroleh berupa dinar dan dirham emas Hercules, Byzantium dan dirham perak dinasti sasanid dari Iraq, dan sebagian mata uang bangsa Himyar, dan Yaman. Penduduk mekkah tidak memperjualbelikan barang kecuali dengan emas yang tidak ditempa dan tidak menerimanya kecuali dengan ukuran
timbangan. Mereka tidak menerima dalam jumlah bilangan. Hal ini disebabkan beragamnya bentuk dirham dan ukurannya, serta munculnya penipuan pada mata uang mereka misalnya nilai yang tertera melebihi dari nilai sebenarnya. Nabi Mubammad saw menyuruh penduduk kota Madinah untuk mengikuti ukuran timbangan penduduk Mekkah ketika melakukan interaksi ekonomi, dengan menggunakan dirham dalam jumlah bilangan bukan ukuaran timbangan.

2. Uang pada Masa Khulafaurrasyidin
Ketika abu bakar di bai’at menjadi khaliafah, beliau tidak melakukan perubahan terhadap mata uang yang beredar, bahkan menetapkan apa yang sudah berjaan dari masa Nabi saw. Begitu juga ketika Umar Bin Khathab di bai’at sebagia khalifah. Umar sibuk melakukan penyebaran Islam ke berbagai Negara,
beliau menetapakan persoalan uang sebagaimana uang sudah berlaku sebelumnya. 

3. Uang pada masa Dinasti Muawiyah
Percetakan uang pada masa dinasti Muawiyah masih meneruskan model Sasanid dengan menambahkan beberapa kalimat tauhid, seperti pada masa Khulafaturrasyidin. Pada masa pemerintahan Abdul Malik Bin Marwan, pada tahun 78 H, beliau membuat
mata uang Islam yang memiliki model tersendiri. Dengan adanya percetakan mata uang Islam, mapu merealisasikan stabilitas politik dan ekonomi, mengurangi pemalsuan dan manipulasi terhadap mata uang.

4. Uang pada masa Dinasti Abbasiyah dan sesudahnya
Pada masa ini percetakan masih melanjutkan cara dinasti Muawiyah. Pada masa ini ada dua fase, dalam percetakan uang yaitu :
- Fase pertama, terjadi pengurangan terhadap ukuran dirham kemudian dinar. 
- Fase kedua, ketika pemerintahan melemah dan para pembantu yang berasal dari orang-orang Turki ikut campur tangan dalam urusan Negara. Pengeluaran semakin besar, orang-orang mulai dibuai kemewahan sehingga uang tidak lagi mencukupi kebutuhan. Pada masa pemerintahan Mamalik, percetakan uang tembaga(fulus), menjadi mata uang utama, sedangkan percetakan dirham dihentikan karena beberapa sebab diantaranya yaitu :  penjualan perak ke negara-negara Eropa, impor tembaga dari negara-negara Eropa semakin bertambah, akibat dari peningkatan produksi pertambangan di sebagian besar wilayah Eropa. Meningkatnya konsumsi perak untuk pembuatan pelana dan bejana.

Uang Pada Masa Kerajaan Islam Nusantara
1. Samuderai Pasai
Abad ke 14 merupakan puncak kejayaan dari kerajaan Samudera Pasai. Ada banyak faktor yang mendorong kejayaan tersebut diataranya ialah faktor ekonomi yang berkembang dengan pesat. Odoric De Pordenone  seorang penjelajah asal Italy dalam sebuah catatan perjalanannya mengatakan bahwa kerajaan Samudera Pasai ialah sebuah kerajaan yang makmur dan kaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberhasilan Samudera Pasai menjadi tempat atau babdar perdagangan lokal dan dunia. Adapun beberapa barang yang diperdagangkan pada masa itu ialah beras, emas, tembaga dan hewan. Pada masa ini seluruh perdagangan di Samudera Pasai menggunakan mata uang "Dirham Samudera Pasai" sebagai alat pembayaran yang sah.

Mata uang dirham Samudera Pasai pertama kali dilekuarkan dan digunakan pada masa pemerintahan sultan Al Malik Al Zahir pada tahun 1297 M dan terjs digunakan sampai tahun 1326 M. Dinar Samudera Pasai memiliki berat 0.60 gram dan berdiameter 10 mm dengan kualitas emas 18 karat. Di bahagian depan Dinar Samudera Pasai tertera nama Mubammad Malik al -Zahir dan di bahagian belakangnya tertulis ungkapan 'al-Sultiin al- adl'.

Mata uang dirham dari Samudera Pasai tersebut pernah diteliti oleh H.K.J. Cowan
untuk menunjukkan bukti-bukti sejarah raja-raja Pasai. Mata uang tersebut menggunakan
nama-nama Sultan Alaudin, Sultan manshur malik al-zahir, Sultan Abu Zaid dan Abdullah.
Pada tahun 1973 M, ditemukan lagi 11 mata uang dirham di antaranya bertuliskan nama
Sultan Muhammad Malik al-Zahir, Sultan Ahmad, Sultan Abdullah, semuanya adalah raja - raja Samudera Pasai pada abad ke-14 M dan 15 M.
Karakteristik Dirham Samudera Pasai
Berdasarkan jenis logam yang digunakan untuk membuat dirham. Seiring perjalanan waktu, mata uang ini juga akrab disebut meuih (emas). Dirham yang berasal
dari kerajaan Pasai maupun dirham dari Kerajaan Aceh, bentuknya kecil, tipis, bulat, dan bergaris tengah 1 cm, beratnya tidak lebih dari 9 grein Inggris [1 grein=0,583 gr). Berat uang dirham yang ada di Aceh mulai 0,50 gr hingga 0,60 gr dan pada umunya dirham itu terbuat dari emas 18 karat Huruf-huruf yang terdapat pada kedua sisi uang tersebut dicetak timbul dengan aksara Arab yang relatif kasar di dalam lingkaran titik-titik timbul sebagai garis pinggirnya.
Jenis - Jenis Dirham Samudera Pasai 
Kontribusi Uang Dirham Terhadap Peradaban Islam Di Nusantara
Kontribusi kerajaan Samudera Pasai yang besar dalam pengembangan dan
penyebaran Islam di Indonesia salah satunya yaitu dibidang perdagangan. Di samping sebagai pusat perdagangan hal ini dikarenakan letak Kerajaan Samudera Pasai yang ada di pesisir Aceh yang terletak di Pulau Sumatera bagian barat wilayah Indonesia. Sejak dahulu kala telah memiliki jaringan transaksi perdagangan lokal maupun internasional. Untuk transaksi komoditas pertanian, dengan menggunakan alat penukaran mata uang baik dirham maupun dinar, serta uang kertas dan koin lainnya. Pada masa kejayaan dan kemakmuran 
dirham telah menjadi alat tukar yang adil dan terpercaya dalam setiap transaksi perdagangan.

Jika dilihat dari “kejayaan Samudera Pasai" maka  wilayah Aceh saat ini telah mencapai masa kejayaan yaitu pada zaman kerajaan samudera Pasai yang pada saat itu memiliki peradaban sangat maju,  baik dalam bidang ekonomi, politik, dan bidang sosial, khususnya dibidang penyelenggaraan perdagangan internasional, dan peredaran mata uang emas “dirham” dan “lembaga keuangan Islam”.

Menarik bukan ? ?
Ingin melihat Koleksi Dirham Pasai secara langsung dan merasakan wisata sejarah yang bernafaskan Islami sehingga dapat menginspirasi generasi muda untuk semakin menghargai, memiliki dan mencintai sejarah. 
Terutama tentang sejarah kejayaan peradaban islam dari Indonesia dan Dunia 

Ayoo, berkunjung ke Indonesian Islamic Art Museum, Lamongan, Jawa Timur! Berikut ini petunjuk lokasi dan informasi lainnya. 

                              Lokasi :
Museum Islam Indonesia Lamongan berlokasi di Jl. Raya Deandles Paciran , Lamongan. Museum ini berada di area Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Maharani Zoo Lamongan (Mazoola).

                          Tarif Masuk :
      Senin - Kamis (Weekday ): Rp. 15.000
      Sabtu - Minggu (Weekend) : Rp. 20.000

                    Jam Buka Museum :
                 Pukul 08.00 - 17.00 WIB 

        Information & Reservation Centre
                   WA : 0857-4840-5800



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kain Patola : Keanggunan yang Menyimpan Magis Didalamnya

Museum Islam 3 Dimensi Pertama di Indonesia : Solusi belajar sejarah tanpa bosan